Makalah


METODE GRAMATIKA-TERJEMAH


MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Thariqah Tadris al-Lughah al-‘Arabiyyah
Yang dibina oleh Dr. Kholisin, M.Hum.

Oleh :
Ahmad Zainuri            140231604331
Fakhrur Rozi               140231600246
Syamsul Arifin            110231415543








  




UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA ARAB
SEPTEMBER 2016









A.  PENDAHULUAN
Metode Gramatika-Terjemah merupakan metode yang sudah ada sejak zaman dahulu, dan mulai digunakan secara luas sejak abad 19. Sebenarnya, cikal bakal dari metode ini sudah ada sejak abad sebelum itu, saat negara Eropa mewajibkan  sekolah dan universitas untuk mengajarkan bahasa latin, karena bahasa tersebut dianggap sebagai bahasa yang mempunyai nilai pendidikan tinggi. Tepat pada abad 16 an. (Effendy, 2012).
Metode ini banyak mendapatkan sambutan yang baik dari berbagai elemen yang menggunakannya, karena dianggap sebagai salah satu metode yang efektif untuk mengajarkan bahasa, terlebih bahasa arab yang menjadi kewajiban bagi orang muslim untuk mempelajarinya.
Tak ayal, jika banyak sekali pondok atau bahkan sekolah di Indonesia menggunakan metode ini, seperti contoh pondok salafi yang sampai sekarang masih eksis menggunakan Metode Gramatika-Terjemah (MGT), lebih-lebih saat mengajarkan ilmu agama lewat kitab yang lazimnya dikenal sebagai kitab kuning.
Adapun rumusan masalah pada makalah yang sederhana ini adalah; apa pengertian Metode Gramatika-Terjemah (MGT)?, apa saja karakteristik Metode Gramatika-Terjemah (MGT)?, seperti apa contoh materi Metode Gramatika-Terjemah (MGT),? bagaimana teknis penerapan Metode Gramatika-Terjemah (MGT)?, apa saja kelebihan dan kekurangan Metode Gramatika-Terjemah (MGT)?.
 Adapun manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah pembaca diharapkan bisa memahami pengertian Metode Gramatika-Terjemah (MGT), karakteristik dari metode tersebut, contoh materi, teknis penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar, serta kelebihan dan kekurangannya.
B.  PEMBAHASAN
1.    Pengertian Metode Gramatika-Terjemah (MGT)
Kamil an-Naqoh (1985: 68-69) berpendapat bahwa metode terjemah merupakah metode dahulu yang tidak berasaskan atas pemikiran atau teori tertentu, artinya tidak berkaitan dengan salah satu pakar medan bahasa atau medan pendidikan, akan tetapi mempunyai akar yang kembali terhadap bahasa latin dan bahasa ighriqi yang merupakan metode yang digunakan pada masa yang lama dalam pengajaran kedua bahasa tersebut saat analisis logis terhadap bahasa dan penjagaannya dalam gramatikal dan syawadz dan penerapannya dalam latihan-latihan terjemah merupakan perantara efektif untuk memperkuat tingkat intelek siswa. Dan pada saat pembelajaran bahasa latin dan ighriqi merupakan kunci terhadap pemikiran dan sastra klasik, maka pengkajian terhadap teks dan penerjemahannya serta latihan menulis dan meniru teks menjadi sangat urgen dan prinsip.
Sedangkan Musthafa dan Hamid (2011: 24-25) mendefinisikan bahwa Metode Gramatika-Terjemah adalah metode tertua dalam pembelajaran bahasa Asing sehingga disebut juga sebagai metode tradisional.
Metode ini merupakan gabungan antara metode gramatika dengan metode menerjemah (translation). Metode ini dapat dapat dibilang ideal daripada salah satu metode gramatika dan atau translation. Karena kelemahan dari salah satu atau keduanya dari metode tersebut (gramatika dan terjemah) telah sama-sama saling menutupi dan melengkapi (jadi kedua-duanya dilakukan bersama-sama, serentak) artinya materi gramatika (tata bahasa) terlebih dahulu diajarkan dan kemudian pelajaran menerjemah, pelaksanaannya sejalan. (Izzan, 2011)
Berkaitan dengan definisi Metode Gramatika-Terjemah (MGT), Umar (2014) berpendapat bahwa terjemah termasuk metode lama pembelajaran bahasa asing yang memiliki beberapa tujuan penting, yaitu pembelajaran gramatikal bahasa arab sekaligus memotivasi murid agar menghafalkan dan memahaminya dengan rinci. Proses pembelajaran pada metode ini bertumpu pada terjemahan diantara dua bahasa, yaitu bahasa ibu dan bahasa asing itu sendiri (misalnya bahasa arab). Disisi lain, metode ini bertujuan untuk mengembangkan dua kemahiran, yaitu kemahiran membaca dan menulis dengan bahasa asing, namun metode ini tidak begitu menitik beratkan kemahiran berbicara. Disamping bahwa berlebih-lebihan dalam menggunakan pelajaran gramatikal dalam berbicara oleh murid itu kurang disarankan, atau dengan kata lain dilarang. Oleh karena itu, analisis gramatikal dalam kalimat dan teks tidak dijadikan tolak ukur dalam komponen-komponen bahasa dengan bentuk yang sempurna karena perhatian murid didasarkan pada hukum-hukum nahwu secara umum, tentunya seperti media dan perbaikan bahasa.
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Metode Gramatika-Terjemah (MGT) merupakan metode yang sudah lama ada dan mulai digunakan secara luas sejak abad 19. Dan metode tersebut mempunyai tujuan yang signifikan dalam pengajaran bahasa, mengingat pengajaran bahasa perlu untuk mengkajinya secara luas, dan bahasa target tidaklah bahasa ibu atau nasional saja, lebih dari itu, bahasa yang diajarkan merupakan bahasa asing yang perlu untuk dipelajari. Juga metode ini merupakan metode tradisional karena merupakan metode tertua dalam pembelajaran bahasa Asing.
2.    Karakteristik Metode Gramatika-Terjemah (MGT)
Menurut pendapat Jauhar (2013), karakteristik metode ini adalah sebagai berikut :
a.    Tujuan dari mempelajari bahasa asing adalah membaca teks sastra dan sekaligus mengambil manfaat didalam melatih akal dan meningkatkan potensi otak.
b.    Nahwu dan terjemah adalah media pembelajaran bahasa, dan  itu terbukti melalui analisis secara mendalam terhadap gramatika nahwu dan praktek dalam menerjemah kalimat dari dan ke bahasa target.
c.    Membaca dan menulis adalah titik konsentrasi metode ini, dan tidak begitu memperhatikan metode berbicara dan mendengarkan.
d.   Pemilihan kosa-kata sesuai dengan teks bacaan dan dipresentasikan dalam bentuk tabel bahasa.
e.    Pengajaran nahwu dengan model general yang terlaksana secara sempurna melalui analisis kaidah nahwu lalu implementasinya melalui latihan-latihan terjemah.

f.     Bahasa ibu sebagai media pembelajaran untuk pelajar, dan terkadang pula digunakan untuk menjelaskan poin-poin baru dan perbandingan antara bahasa pelajar dengan bahasa sasaran.
g.    Adanya hubungan tradisional diantara guru dan murid, sebagaimana guru mempunyai wewenang prioritas dalam pembelajaran di kelas. Dan murid mengerjakan tugas sesuai instruksi guru. Dan belajar sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pengajar.
Adapun pendapat Effendy (2012: 42-43) karakteristik Metode Gramatika-Terjemah adalah :
a.    Tujuan mempelajari bahasa asing adalah agar mampu membaca karya sastra dalam bahasa target (BT), atau kitab keagamaan dalam kasus belajar bahasa Arab di Indonesia.
b.    Materi pelajaran terdiri dari atas : buku nahwu,  kamus, atau daftar kata, dan teks bacaan.
c.    Tatabahasa disajikan secara deduktif, yakni dimulai dengan penyajian kaidah diikuti dengan contoh-contoh, dan dijelaskan secara rinci dan panjang lebar.
d.   Kosakata, kalimat, dan struktur diberikan berdasarkan keperluan untuk menjelaskan kaidah Nahwu.
e.    Teks bacaan berupa karya sastra klasik atau kitab keagamaan lama.
f.     Basis pembelajaran adalah penghafalan kaidah tatabahasa dan kosakata, kemudian penerjemahan harfiah dari bahasa target ke bahasa pelajar dan sebaliknya.
g.    Bahasa ibu pelajar digunakan sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar.
h.    Peran guru aktif sebagai penyaji materi. Peran pelajar pasif sebagai penerima materi.
3.    Contoh Materi Metode Gramatika-Terjemah
Contoh materi dari metode ini adalah sebagaimana yang dinukil dari buku Qawaid al-Lughah al-‘Arabiyyah yang sangat terkenal yang ditulis oleh Hifni Nashif dan kawan-kawan sebagai berikut :
باب الفعل
الباب الأول – في الماضي والمضارع والأمر
ينقسم الفعل إلى ماض و مضارع وأمر :
فالماضي ما يدل على حدوث شيئ مضى قبل زمن التكلم مثل قرأ.
والمضارع مايدل على حدث شيئ في زمن التكلم أو بعده
والأمر مايطلب به حصول شيئ بعد زمن التكلم مثل إقرأ
4.    Teknis Implementasi Metode Gramatika-Terjemah (MGT)
Metode terjemah bertujuan untuk menghafal dan memahami gramatikal bahasa, caranya dengan mengungkapkan  bentuk bahasa tradisional, lalu melatih menulis bahasa dengan detail secara konsisten, kemudian menerjemahkannya dari bahasa pelajar ke bahasa yang dipelajari (bahasa asing), sebagaimana bertujuan untuk memberikan bekal terhadap sisiwa dengan hasil bahasa sastra yang luas, juga supaya siswa mampu memahami makna dari teks asing dengan menerjemahkannya ke bahasa nasional pelajar/penerjemah, serta mampu memahami arti sastra yang dibaca.
Tujuan tersebut akan terealisasi dalam proses pembelajaran dengan mulai mengajarkan gramatikal nahwu secara jelas dan terperinci melalui bahasa ‘ibu’ dengan perantara megungkapkan contoh-contoh tertentu atau dengan cara menganailisis bagian-bagian teks yang menjelaskan tentang gramatikal nahwu, serta secara bertahap menginstruksikan terhadap siswa untuk menerjemah jumlah atau ungkapan secara teknis dari bahasa ‘ibu’ ke bahasa asing.
Dan terkadang,  penjelasan dan analisis tersebut dilengkapi dengan metode, yaitu melatih sebagian siswa  untuk menulis bentuk-bentuk dan contoh-contoh nahwu, dan menerapkan gramatikal-gramatikal bahasa yang dipelajari dalam menyusun kalimat dalam bahasa lasing, atau dengan menerjemah rangkaian paragraf prosa dari bahasa nasional ke bahasa asing.  Sebagaimana dalam metode ini juga dimasukkan metode menerjemah teks bahasa asing ke bahasa nasional baik secara lisan atau tulisan, dan pada waktu tertentu dibutuhkan penjelasan akan arti teks sastra atau budaya, namun jika waktu tidak tersedia secara efektif bisa dengan cara mengharkati saja atau bahkan tidak dilaksanakan sama sekali. (Kamil an-Naqoh, 1985)
Dalam metode pengajaran terjemah pula, bisa ditambah dengan teknik-teknik pengajaran lain yang tidak disebutkan diatas guna memberikan nuansa belajar yang variatif dan tidak membosakan, sehingga pengajaran bahasa terutama bahasa arab menjadi menarik dan menyenangkan. Salah satu contoh yang bisa digunakan oleh pengajar dalam mengajarkan bahasa adalah dengan menciptakan kelas outdoor. Outdoor of class bertujuan untuk memberikan interaksi nyata antara pembelajar dengan bahasa asing yang sedang dipelajari dengan cara menerjemahkan benda-benda ke dalam bahasa asing, sehingga selain menyenangkan, pelajar dapat melihat langsung (bukan berangan-angan) objek yang diterjemahkan.
Adapun teknik implementasi atau langkah-langkah penyajian yang dikemukakan oleh Effendy (2012: 43-44) adalah sebagai berikut :
a.    Guru memulai pelajaran dengan menjelaskan definisi butir-butir tata bahasa kemudian memberikan contoh-contohnya. Buku teks yang dipakai menggunakan metode deduktif
b.    Guru menuntun siswa menghafalkan daftar kosa kata dan terjemahannya, atau meminta siswa mendemonstrasikan hafalan kosa kata yang telah diajarkan sebelumnya.
c.    Guru meminta siswa membuka buku teks bacaan kemudian menuntun siswa memahami isi bacaan dengan menerjemahkannya kata per kata atau kalimat per kalimat. Atau guru meminta siswa membaca dalam hati kemudian mencoba menerjemahkannya per kata atau kalimat; guru membetulkan terjemahan yang salah dan menerangkan beberapa segi ketatabahasaan (nahwu-sharaf) dan keindahan bahasanya (balaghah). Pada waktu lain guru juga meminta siswa melakukan analisis tatabahasa (meng-i’rab).
Teknik implementasi menyesuaikan dengan kemampuan siswa dan kecendrungannya terhadap teknis manakah yang dia senangi, sehingga pengajaran dan pembelajaran akan menjadi efektif dan efisien.
5.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Gramatika-Terjemah
Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode ini dalam kegiatan belajar mengajar adalah seperti yang dikemukakan oleh Jauhar (2013) :
Kelebihan metode ini :
a.    Terjemah dan nahwu adalah metode yang sesuai dengan kebanyakan murid, karena guru bisa berinteraksi dengan mereka dengan berbagai model.
b.    Terjemah menggunakan kalimat sebagai komponen dasar dalam pembelajaran bahasa dan pembiasaan agar proses pembelajaran bahasa menjadi lebih mudah. 
Kekurangan/kritikan metode ini
a.    Metode ini hanya bertumpu pada dua kompetensi, yaitu membaca dan menulis, dengan kata lain metode ini mengabaikan beberapa kompetensi bahasa, seperti kemampuan berbicara yang menjadi kompetensi pokok yang harus dipelajari murid dalam pembelajaran bahasa asing.
b.    Terjemah cenderung menggunakan bahasa ibu dalam proses pembelajaran, sehingga bahasa target jarang digunakan dan dibiasakan dalam pembelajaran bahasa.
c.    Kecenderungan terhadap analisis gramatikal nahwu menjadikannya sebagai metode yang berkutat pada pengajaran tentang bahasa, bukan pengajaran bahasa. Karena analisis gramatikal nahwu itu mencakup isi pembelajaran ilmiah bahasa, bukan pengajaran bahasa seperti halnya kemahiran.
Sedangkan pendapat Mustofa dan Hamid (2011: 31-32) dalam bukunya Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab memaparkan bahwa kelebihan dan kekurangan Metode Gramatika-Terjemah adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
a.    Dapat digunakan di kelas-kelas dengan jumlah siswa yang banyak
b.    Guru yang kurang bahkan tidak fasih berbahasa Arab dapat mengajar
c.    Cocok bagi semua tingkat kemampuan siswa (mustawa mubtadi’, mutawassith, mutaqaddim)
d.   Siswa sangat menguasai kemampuan membaca bahasa Arab
Kekurangan :
a.    Para siswa hanya kuat dalam kemampuan membaca dan dan penguasaan tata bahasa, tetapi lemah dalam kemampuan mendengar, berbicara, dan menulis.
b.    Qawaid yang dipelajari dengan hafalan seringkali kurang memberi pemahaman terhadap qawaid tersebut
c.    Dibutuhkan guru yang terlatih dalam penerjemahan
d.   Bahasa yang dipelajari cenderung bahasa klasik (turats) hingga kemungkinan sudah tidak terpakai pada zaman modern
e.    Metode ini lebih mengajarkan tentang bahasa daripada mengajarkan bahasa.
Demikian beberapa kelebihan dan kekurangan metode ini menurut para pakar diatas.
C.  PENUTUP
Kesimpulan dari pembahasan dalam makalah ini adalah metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa variatif dan banyak jumlahnya. Diantaranya adalah Metode Gramatika-Terjemah, metode ini diklaim sebagai metode tertua dalam pembelajaran bahasa Asing, mulai sejak abad 16, sehingga metode ini juga disebut sebagai metode tradisional. Metode ini merupakan gabungan dari dua metode yaitu metode gramatika dan metode terjemah, sehingga perpaduan tersebut bisa mengurangi problematika yang ada pada masing-masing metode serta memberikan nuansa yang baru dan bisa lebih mengefektifkan suasana belajar, ibarat lidi yang selalu butuh akan kebersamaan untuk bisa melakukan tugas dengan baik. Adapun pengertian, karakteristik, contoh materi, teknik implementasi, serta kelebihan dan kekurangan dari metode ini sudah terpapar jelas dalam makalah yang sangat sederhana ini.
Akhirnya, dari penulis mengucapkan terima kasih, dan penulis juga sangat mengharapkan kritik konstruktif, saran yang berharga, dan masukan-masukan yang bisa memperbaiki kualitas dan kuantitas substansi makalah ini kedepannya. Semoga bisa menjadi rujukan bagi yang sedang membutuhkannya.


DAFTAR RUJUKAN
Effendy, Ahmad Fuad. 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat.
Mustofa, Bisri & Hamid, M. Abdul. 2011. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: UIN-MALIKI PRESS
Izzan, Ahmad. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Humaniora
An-Naqoh, Mahmud Kamil. 1985. Ta’limu al-Lughah al-‘Arabiyyah li an-Natiqina bi Lughatin Ukhra, al-Mamlakah al-‘Arabiyyah al-Su’udiyyah : Jami’atu Ummi al-Qura
Hanifah, Umi. 2012. طريقة القواعد والترجمة في تعليم اللغة العربية و تطبيقها. (Online), (https://umihanifahtarbiyah.wordpress.com), diakses 07 September 2016, pukul 16.40.
Jauhar, Nasruddin Idris. 2013. طريقة تدريس اللغة العربية للناطقين بغيرها. (Online), (lisanarabi.net), diakses 03 September 2016, pukul 08.00.
Umar, Walid Mamdudh. 2014. في طرائق تعليم العربية للناطقين بغيرها. (Online), (http://www.alukah.net), diakses 03 September 2016, pukul 08.00.

No comments:

Post a Comment